Menristek Resmikan Gedung Bioteknologi Ubaya, Ini Fokus Kedepannya

Menristek Resmikan Gedung Bioteknologi Ubaya, Ini Fokus Kedepannya
KOMPAS.com – Selama ini, banyak perguruan tinggi yang terpaku pada pengembangan teknologi digital. Hal ini karena teknologi digital semakin pesat perkembangannya.
Tetapi, salah satu kampus swasta ini justru melakukan inovasi yang berfokus pada bidang keilmuan bioteknologi. Tentu riset bioteknologi perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan di masa depan.
Kampus tersebut ialah Universitas Surabaya (Ubaya) yang ingin melihat jauh ke depan. Sebab, dari bioteknologi juga dapat menghasilkan obat.
Hal itu diungkapkan Menteri Riset dan Teknologi ( Menristek) Bambang Brodjonegoro pada konferensi pers virtual di Ubaya, Jumat (4/12/2020).
Bioteknologi berguna bagi manusia
Pada kesempatan itu, Menristek juga meresmikan gedung Fakultas Bioteknologi Universitas Surabaya dan melakukan uji coba aplikasi Onthel karya Ubaya.
“Ubaya punya program riset dan inovasi bioteknologi. Bidang keilmuan ini akan mendorong kerja sama antar bidang, seperti biologi, kedokteran, farmasi yang dikombinasi dengan engineering dan sains,” terangnya.
Menurut Menteri Bambang, bioteknologi akan berguna bagi kehidupan manusia. Bahkan pengembangan vaksin juga memanfaatkan bioteknologi.
“Saya mengapresiasi Ubaya yang mau fokus di bidang penelitian bioteknologi. Karena dapat menambah kekayaan keanekaragaman hayati,” kata Menristek.
Terlebih dengan potensi Indonesia terkait keanekaragaman hayati terbesar di dunia akan dapat nilai tambah yang bermanfaat bagi masyarakat.
Karena itu pihaknya mendorong agar penelitian dari Ubaya bisa mengarah ke inovasi dan berujung pada hilirisasi yang melibatkan perusahaan atau swasta.
Dorong lingkungan lebih baik
Lebih jauh, Bambang menyatakan bahwa selain mendorong pengembangan di bidang obat, kesehatan dan energi, bioteknologi juga bisa mendorong lingkungan yang lebih baik dalam bentuk ekonomi sirkular.
“Kini kondisi lingkungan kita semakin baik. Karena itu saya berharap pada sivitas Ubaya untuk mengambangkan untuk obat masa depan,” tuturnya.
Hal itu mengingat 95 persen bahan baku obat masih impor. Selain itu, terkait energi, semua juga harus mulai mengganti energi fosil dengan energi terbarukan.
Sumber itu bisa dikembangkan dari keanekaragaman hayati baik di darat maupun yang ada di laut.
Sedangkan terkait circular economy sampah atau limbah juga bisa menciptakan nilai keekonomian jika dengan pendekatan bioteknologi.
Tak hanya ke Ubaya, sebelumnya Menristek juga berkunjung ke Universitas Airlangga ( Unair) dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Hal ini sebagai upaya pemerintah dalam mendukung sinergi triple helix untuk menciptakan ekosistem riset dan inovasi.