Warga Purworejo Demo Tolak Penambangan Batu untuk Bendungan

purworejo

Purworejo – Ratusan warga mendatangi kantor Bupati Purworejo, Jawa Tengah dan menggelar aksi tolak penambangan batu atau quarry yang akan digunakan untuk membangun bendungan. Bendungan dengan nama Bendungan Bener itu merupakan bendungan tertinggi di Indonesia yang akan di bangun di Purworejo.

Bendungan Bener akan menjadi yang tertinggi di Indonesia dengan ketinggian sekitar 159 meter, panjang timbunan 543 meter dan lebar bawah sekitar 290 meter. Untuk membangun bendungan tersebut, dibutuhkan material dasar yakni batuan andesit yang nantinya akan dikeruk dari Desa Wadas, Kecamatan Bener dengan luas sekitar 145 hektare yang terdiri lebih dari 500 bidang tanah.

Warga pun menolak dengan keras rencana quarry tersebut karena dianggap akan merusak lingkungan. Dengan membawa berbagai spanduk bersikan penolakan, ratusan warga yang mengatasnamakan Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) beramai-ramai mendatangi kantor bupati di jl Proklamas No 2 dan meminta bupati untuk ikut menolak serta memberi dukungan kepada warga.

“Intinya kami menolak quarry untuk Bendungan Bener karena itu lahan produktif mas. Bendungan itu akan tetap mangkrak selama kami menolak, pokoknya warga akan tetap menolak dan akan menghentikan proyek pembangunan bendungan, bendungan nggak akan berdiri kalau quarrynya masih di sana,” ungkap kuasa hukum warga Wadas, Julian ketika ditemui detikcom di sela-sela aksi, Kamis (10/1/2019).

Namun keinginan warga untuk bertemu langsung dengan Bupati Purworejo, Agus Bastian tidak bisa terlaksana karena bupati sedang di Jakarta. Massa akhirnya ditemui oleh Kepala Satker Bendungan Bener dari BBWS Serayu Opak, Amos Sangka.

Selain takut lingkungan menjadi rusak, dalam proses rencana penambangan yang akan dilaksanakan oleh BBWS itu warga merasa tidak pernah dilibatkan dalam proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

“Sejak sosialisasi pertama di dalam izin lingkungan warga Wadas tidak pernah diikutkan dalam proses AMDAL, kemudian sosialisasi di dalam penetapan lokasi itu sifatnya searah konsultasi publik padahal harusnya dua arah,” lanjut Julian.

Sementara itu, Amos Sangka menuturkan berbagai upaya termasuk sosialisasi terhadap rencana penambangan batuan di Desa Wadas sudah dilakukan sejak lima tahun terakhir. Selain dekat dengan lokasi proyek pembangunan bendungan, batuan di Desa Wadas juga memiliki kualitas yang bagus jika dibandingkan dengan daerah lain.

“Setelah keliling survei, kita sudah ambil sampel dan batuan di sana (Desa Wadas) itu memenuhi syarat untuk pembangunan bendungan. Kita juga sudah berkali-kali sosialisasi ke sana, terus 2016 kita studi amdal di sana, studi amdal sudah, konsultasi publik sudah, itu sosialisasi dengan warga,” kata Amos.

Amos mengkhawatirkan, jika penolakan tersebut semata-mata bukan murni dari keinginan warga pemilik lahan. Selain itu sebagian warga dirasa belum mengerti prosedur penambangan.

“Saya khawatir apakah ini orang-orang wadas atau bukan, atau mungkin memang orang wadas tapi justru yang nggak punya tanah gitu, kalau dengan warga yang punya tanah kita diskusi banyak yang setuju juga, mungkin mereka belum mengerti prosedur kita. Lokasinya itu kan jauh dari pemukiman, kita kupas dulu tanahnya baru diambil batuannya terus ditutup lagi dengan tanah, nantinya masih bisa ditanami lagi,” jelasnya.

Bendungan Bener sendiri merupakan proyek nasional yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden RI No 56 tahun 2013. Bendungan ini akan dibangun dalam beberapa tahap selama 5 tahun atau 60 bulan. Kawasan Bendungan Bener berada di atas lahan seluas 590 hektare atau setara 4.300 bidang yang terdiri dari 3.096 bidang masuk wilayah Purworejo dan selebihnya wilayah Kabupaten Wonosobo.

Sedikitnya 8 desa di Kabupaten Purworejo akan terdampak langsung mega proyek yang menghabiskan APBN sekitar Rp 4 triliun itu. Adapun 7 desa berada di Kecamatan Bener yakni Wadas, Bener, Kedung Loteng, Laris, Limbangan, Guntur, dan Karangsari, sedangkan 1 desa lainnya berada di Kecamatan Gebang yakni Desa Kemiri.

Air dalam bendungan nantinya akan digunakan untuk melayani area irigasi seluas 15.519 hektare serta suplai air baku sebesar 1500 liter/detik untuk Kabupaten Purworejo, Kebumen, dan Kulonprogo. Selain itu, bendungan juga akan difungsikan PLTA untuk menyuplai energi listrik sebesar 6 MW.

Sesuai rencana, pembangunan bendungan akan dimulai akhir 2018 lalu, namun karena ada beberapa kendala maka baru bisa terlaksana sekitar bulan Mei 2019. “Bendungan juga akan menjadi lokasi wisata, area perikanan dan konservasi DAS Bogowonto bagian hulu. Pembangunan ditargetkan paling cepat sekitar bulan Mei 2019 nanti,” tutupnya.

sumber : news.detik.com

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *