IAIN Salatiga Gandeng Pesantren untuk Perkuat Karakter Mahasiswa
KOMPAS.com – Institut Agama Islam Negeri Salatiga ( IAIN Salatiga) menggandeng pondok pesantren se-Salatiga untuk memperkuat karakter mahasiswa.
Program ini diperuntukkan bagi 300 mahasiswa penerima beasiwa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah tahun 2020, dari posisi penerima beasiswa KIP sebanyak 179 mahasiswa di tahun sebelumnya.
Untuk mewujudkan hal itu, IAIN Salatiga mengundang 50 pimpinan pondok pesantren se- Salatiga untuk bersama merancang pola sinergi dalam Focus Group Discussion (FGD) yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Gedung KH Hasyim As’Ari Kampus III IAIN Salatiga, pada Kamis, 15 Oktober 2020.
“IAIN Salatiga konsisten untuk menjalankan pedoman dan juknis yang dikeluarkan Kementerian Agama tentang pemberian beasiswa KIP Kuliah,” ucap Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Sidqon Maesur, dalam keterangannya melansir laman Kemenag, Minggu (18/10/2020).
Dia memastikan, mahasiswa yang mendapat beasiswa KIP Kuliah bisa masuk pesantren yang baik, memiliki semangat wasathiyah Islam dan jauh dari radikalisme.
Sementara Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Diktis Kemenag Ruchman Basori menyampaikan pentingnya sinergi dan kolaborasi PTKI dan pondok pesantren.
Menurutnya, mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah harus tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Hal ini dapat diwujudkan salah satunya dengan pembinaan yang dilakukan oleh pondok pesantren.
“Sinergi dan kolaborasi antara PTKI dan Pontren sangat penting dalam rangka integrasi institusi pendidikan islam dan menjaga sustainability,” ungkap Ruchman.
Ruchman berharap PTKI dan Pondok Pesantren dapat duduk bersama merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Misalnya, bagi mahasiswa yang mengambil program studi Islamic Studies, maka target di pesantren adalah agar mereka menguasai ilmu agama dengan baik.
Sementara bagi mahasiswa yang mengambil program studi umum, lanjut dia, maka target kurikulumnya adalah mengenalkan agamanya dengan baik atau ta’aruf fiddin.
Dia menekankan, untuk kemampuan baca tulis Al-Qur’an menjadi hal wajib yang harus dikuasai para mahasiswa.
Dia juga berpesan agar terjadi sinergi dan kolaborasi perlu adanya kesadaran kolektif pimpinan PTKI dan Ponpes dalam menyediakan suasana kondusif bagai lahirnya generasi hebat dari penerima KIP kuliah.
“Komitmen mencetak para bintang menjadi penting dan harus disusun rencana yang sistematis,” tutup Ruchman.