Murid SMA Buat Aplikasi Penghitung Sampah Perorangan, Lolos Kompetisi Internasional
KOMPAS.com – Menciptakan sebuah inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan merupakan tantangan yang nyata bagi putra putri Indonesia di masa depan.
Namun, berbekal rasa keingintahuan yang tinggi, tantangan inovasi itu dijawab oleh murid kelas 10 Sekolah Cikal dengan menciptakan aplikasi “Wasteens”, sebuah aplikasi menghitung kepemilikan sampah manusia yang diproduksi sehari-hari.
Happy Sri Sholihatul Hidayah dan kedua temannya, Angel dan Nays, menciptakan aplikasi Wasteens bermula dari rasa ingin tahu untuk mencoba peluang kompetisi internasional “Technovation Girls Challenge” dan mengikuti berbagai sesi pelatihan remaja tanpa biaya.
“Pertamanya itu wali kelas aku memberikan info ada lomba Technovation Girls Challenge dengan minimal 3 orang dalam satu tim, sehingga aku undang temanku yang memiliki ketertarikan yang sama. Kita berpikir mencoba saja karena tidak ada uang pendaftaran, dan ada 10 workshop gratis, bagi kami lumayan. Jadi, berpikir kenapa nggak coba?” cerita Happy dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Meski awalnya tidak menang di tingkat nasional, ternyata semangat murid SMA tersebut tidak berhenti sampai di sana.
Happy dan tim tetap didukung mencoba mengunggah proposal proyek aplikasi Wasteens di tingkat internasional hingga proyek tersebut lolos penjurian hingga kini berada di sesi semifinal.
“Di pengumuman tingkat nasional, kami tidak menang. Namun, kita tetap didukung untuk mencoba tingkat internasionalnya. Lalu, ternyata kita masuk ke semifinalnya, masih menunggu finalnya sekarang,” tutur Happy.
Aplikasi untuk memantau produksi sampah pribadi
Sebagai pimpinan tim yang diberi nama “Arek Wedok”, Happy menceritakan bahwa ide menciptakan aplikasi hitung sampah perorangan Wasteens ini didasari oleh kondisi masyarakat yang masih kurang peduli dengan kepemilikan sampah.
“Dimulai dari memetakan masalah sekitar kita, kita berpikir bahwa sampah selalu jadi masalah utama. Kemudian, dari sana kita berpikir lagi, bagaimana caranya bisa memberikan solusi dari masalah sampah ini? Mengingat kebanyakan orang masih banyak malas mendaur ulang karena waktu, akses alat. Dari sinilah kita kembali memetakan apakah langkah awal sebelum daur ulang. Nah, ide menelusuri (tracking) sampah dengan aplikasi inilah terlahir supaya kita tahu pemasukan sampah atau pengeluarannya,” jelas Happy.
Ia juga menambahkan bahwa tim Arek Wedok berusaha membuat aplikasi yang tidak pernah terbayangkan oleh banyak orang, tetapi ternyata bermanfaat, dalam jangka waktu 2-3 minggu saja.
“Kita ingin membuat aplikasi yang belum orang tahu kalau bisa ada. Tujuan akhir Wasteens ini pun adalah agar orang-orang bisa menelusuri kepemilikan sampahnya masing-masing. Orang-orang dapat tahu pengeluaran sampah mereka, apakah sampah yang diproduksi itu banyak atau sedikit perorangan dalam sehari.” tambah Happy yang memegang sistem Coding aplikasi Wasteens.
Bukan hanya aplikasi yang diciptakan yang tidak biasa, pemilihan nama tim murid kelas 10 ini pun juga dipilih secara khas mewakili Surabaya.
Nama Arek Wedok, jelas Happy, didedikasikan untuk mewakili kota asal Surabaya.
“Arek Wedok itu artinya kalau dalam bahasa Inggris itu The Girls. Jadi, kita ingin secara esensial membawa nama Surabaya, karena kita pun satu-satunya tim dari Surabaya, selain memang kompetisi ini para perempuan,” ucap Happy.