4 Langkah Asah Kemampuan Berpikir Kritis bagi Mahasiswa
KOMPAS.com – Tak hanya menyerap ilmu pendidikan saja, tetapi mahasiswa juga harus bisa berpikir kritis. Tentu agar bisa menciptakan perubahan di tengah masyarakat ke arah yang lebih baik.
Orang dengan kemampuan berpikir kritis biasanya memiliki keterampilan menganalisis dan mengevaluasi pernyataan, termasuk kapabilitas dalam mengambil keputusan serta memecahkan masalah.
Pentingnya melatih kemampuan berpikir kritis juga dirasakan oleh Stella Regina Andita, mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Ia merupakan salah satu penerima Djarum Beasiswa Plus atau yang biasa disebut Beswan Djarum.
Beswan Djarum angkatan 2020/2021 ini berkesempatan mengikuti serangkaian pelatihan soft skills bersama mahasiswa berprestasi terpilih dari seluruh Indonesia lainnya.
Salah satu pelatihannya bertajuk Leadership Development. Berpikir kritis masuk ke dalam materi yang dibahas.
“Setelah mengikuti pelatihan, saya jadi paham bahwa seorang pemimpin yang baik mampu berpikir kritis ketika melihat sebuah permasalahan,” ujar Stella Regina dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (3/5/2021).
4 langkah mengasah berpikir kritis
Berikut ini 4 langkah menajamkan kemampuan berpikir kritis yang bisa diterapkan mahasiswa:
1. Waspada terhadap bias konfirmasi
Digambarkan oleh Harvard Business Review, bias konfirmasi adalah kecenderungan mengabaikan informasi yang bertentangan ketika mencari bukti untuk mengonfirmasi pandangan asli kita.
Bias konfirmasi adalah salah satu kunci ‘bias kognitif’ yang dimiliki manusia, dan beroperasi pada tingkat bawah sadar.
Hal tersebut memengaruhi kemampuan kita untuk memproses informasi. Biasanya muncul saat masalah yang bermuatan emosional.
Tapi bisa saja terjadi kapanpun. Jadi jangan terburu-buru memutuskan. Bersiap dan terbukalah untuk mengubah pikiran.
2. Terbuka pada banyak kemungkinan
Algoritma yang diciptakan oleh internet terus menggiring kita hanya pada apa yang kita kehendaki. Dampaknya, informasi yang kita konsumsi tersebut membentuk pola berpikir kita.
Agar terlepas dari jeratan tersebut, kita harus membiasakan diri untuk berpikir secara kompleks. Melihat tiap permasalahan dari berbagai sudut pandang.
Bahwa solusi tidak hanya satu. Sehingga kebiasaan ini juga mendorong kita untuk berpikir secara kreatif.
3. Terapkan empati kognitif atau empati intelektual
Menempatkan diri untuk mencoba memahami apa yang dipikirkan oleh lawan bicara. Langkah ini cukup efektif terutama bila ada perselisihan dalam kelompok.
Perdebatan bisa dibawa ke arah yang lebih produktif dibanding saling menjatuhkan. Rasa empati akan tumbuh bila kita tidak merasa ‘paling benar’.
Sehingga membuka kemungkinan lawan bicara kita bisa saja tidak salah. Dari sanalah muncul dialog.
4. Teliti memeriksa sumber
Mulai dari pemilihan narasumber yang harus relevan dengan topik yang diangkat. Memeriksa latar belakang si narasumber, keberpihakannya, serta konteks pernyataannya.
Kemudian saat mencari sumber, temukan pendapat dari sisi yang berbeda sebagai pembanding.
Jadi, berpikir kritis bukanlah suatu bakat yang dibawa dari lahir. Tetapi kemampuan ini perlu diasah secara terus menerus. Terlebih ketika masih sekolah maupun kuliah.
Demi hadapi era disrupsi
Sementara itu, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Lounardus Saptopranolo menyampaikan bahwa kemampuan berpikir kritis dibutuhkan dalam menghadapi era disrupsi pada revolusi industri 4.
“Di masa dimana perubahan begitu kompleks dan tidak menentu, generasi muda khususnya Beswan Djarum harus mampu untuk berpikir kritis dan kreatif yang juga merupakan future skills yang dibutuhkan di masa depan,” terangnya.
Dengan begitu mereka kelak akan dapat menghadirkan solusi yang dibutuhkan bagi masyarakat.
Sejalan dengan pembekalan soft skills bagi Beswan Djarum, Bakti Pendidikan Djarum Foundation juga telah membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk bergabung sebagai Beswan Djarum angkatan 2021/2022 mulai 21 Maret 2021.
Pendaftaran bisa dilakukan secara online di www.djarumbeasiswaplus.org.
Adapun pendaftaran Djarum Beasiswa Plus 2021/2022 dibuka untuk mahasiswa semester 4 di jenjang S1/D4, aktif berorganisasi, dan tidak sedang menerima beasiswa dari pihak lain.
“Beasiswa prestasi ini memiliki tujuan membentuk generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan Indonesia yang memiliki kecakapan emosional, inteligensia serta jiwa visioner sehingga kelak mampu melakukan perubahan bagi masyarakat ke arah yang lebih baik,” tandasnya.