Jumanto Raih Gelar Profesor, Teori Bahasa Berkarakter Membawanya Jadi Guru Besar Udinus

Jumanto Raih Gelar Profesor, Teori Bahasa Berkarakter Membawanya Jadi Guru Besar Udinus

Jumanto Raih Gelar Profesor, Teori Bahasa Berkarakter Membawanya Jadi Guru Besar Udinus

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Jumanto meraih gelar profesor di bidang linguistik. Namanya menambah jumlah guru besar di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Rabu (17/11/2021).

Meraih gelar profesor, Jumanto memerlukan waktu sekitar 12 tahun, bukanlah waktu yang singkat.

Baginya dorongan positif dari pihak kampus, terutama Rektor Udinus, Prof Edi Noersasongko dikatakan turut andil besar terhadap capaiannya ini.

“Sejak 2007 kami mengumpulkan borang dan berkas-berkas yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan sebagai profesor.”

“Perjalanan panjang dan akhirnya mampu meraih gelar profesor, bagaikan mimpi bagi saya,” kata Jumanto melalui pesan tertulis.

Jumanto dikenal dengan kelihaiannya dalam berbahasa dan juga teorinya yakni bahasa berkarakter.

Bahasa Berkarakter membahas mengenai kapan manusia bersifat santun, tidak santun dan strategis.

Ia membedah bahwa bahasa mampu menimbulkan friksi sosial dan hal tersebut merupakan tantangan pragmatik.

Pragmatik merupakan teori semua bahasa, dimana teori tersebut mampu diterapkan di berbagai tempat tergantung konteks dan situasi termasuk budaya dan adat istiadat.

“Bahasa berkarakter bermula ketika saya mengamati fenomena orang-orang saling sapa dan tegur.”

“Setiap orang mampu sapa tegur dengan fisik atau sapaan, maka dari itu dibangun kontak dengan bahasa. Kontak itu mampu dimulai dan juga diakhiri,” terangnya.

Dalam penelitiannya, ia mempertemukan sembilan orang asal Indonesia dan sembilan orang asing yang terdiri dari Inggris, Australia dan Amerika.

Dari penelitian tersebutlah tercetus kata ‘Komunikasi Fatis’.

Yakni sesuatu yang dipakai untuk menjalin hubungan sosial, dengan semata-mata bertukar kata seperti kata ‘selamat pagi pak’.

“Saya melihat bahwa memecahkan kesunyian antara dua orang itu penting. Dari situ saya masuk ke teori kesantunan, ketidaksantunan, bahkan strategi interaksi atau yang disebut teori Bahasa Berkarakter,” jelasnya.

Perjalanan karir Jumanto ditempuh dengan penuh perjuangan. Kecintaannya terhadap bahasa khususnya Inggris membawa karir cemerlangnya hingga saat ini.

Mengawali karir sebagai tutor privat Bahasa Inggris pada 1988, lalu memutuskan terjun di dunia pendidikan. Sempat berkarier di beberapa universitas, Jumanto akhirnya memutuskan bergabung dengan Udinus pada 2014 silam.

Selama kurang lebih 14 tahun, ia menjabat sebagai Lektor Kepala di Udinus.

Tujuh buku telah diterbitkan Jumanto sejak 2000. Satu diantaranya, Pragmatik: Dunia Linguistik Tak Selebar Daun Kelor.

Buku tersebut menjadi satu diantara karyanya yang paling ia sukai. Hal itu dikarenakan dalam buku tersebut terdapat ide dan pemikiran yang ia curahkan selama menjadi doktor. Kini buku tersebut akan diterbitkan lagi untuk edisi ketiga.

Sementara, Rektor Udinus, Prof Edi mengucapkan selamat kepada Jumanto atas diraihnya gelar profesor di bidang lingustik. Menurutnya, bertambahnya guru besar tahun ini menjadi pelecut semangat bagi dosen lainnya.

Saat ini Udinus telah miliki 10 Profesor di berbagai disiplin ilmu.(mam)

“Menjadi guru besar bukan menjadi akhir dari karir seorang dosen, namun menjadi spirit untuk membangkitkan karya-karya brilian dan berguna bagi masyarakat luas,” kata rektor.

Share