Tak Cuma Porang, Budidaya Koro Pedang Juga Lagi Ngetren Di Wonogiri
Solopos.com,WONOGIRI — Petani Wonogiri saat ini mulai membudidayakan tanaman koro pedang. Tumbuhan komoditas berjenis kacang dan mempunyai nama latin canavalia gladiata itu bakal diekspor ke Korea Selatan.
Pembudidayaan koro pedang di Wonogiri baru mulai ditanam akhir-akhir ini. Adapun daerah yang membudidayakannya tersebar di Kecamatan Jatisrono, Selogiri, Wonogiri, Sidoharjo, Ngadirojo, dan Eromoko.
Penjualan hasil panen itu nantinya akan bekerja sama langsung dengan eksportir, mengingat bagusnya potensi koro pedang.
Salah satu petani yang membudidayakan koro pedang yakni Teguh Subroto, warga Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri. Ia mengatakan, di Jatisari ada sekitar 50 petani yang menanam koro pedang, dengan total luasan lahan sekitar tujuh hektare.
Teguh mengatakan, perawatan koro pedang jauh lebih mudah dibandingkan tumbuhan komoditas lainnya. Dalam budidaya koro pedang tidak ada rambatan layaknya tumbuhan kacang pada umumnya. Sehingga biaya perawatan jauh lebih irit alias tidak banyak mengeluarkan biaya.
“Pemupukannya juga mudah. Harus pakai pupuk organik atau pupuk kandang, tidak boleh kimia. Kalau pakai nutrisi tumbuhan juga harus organik. Karena orientasi dari panen koro pedang itu digunakan untuk farmasi,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (6/3/2021).
Menurut Teguh, yang dipanen dari koro pedang itu bukan bijinya, namun batang atau kulit dari koro pedang itu. Maka dalam waktu 2,5 bulan sudah bisa panen.
Kandungan Sianida
Panennya bertahap tidak serentak, bisa sampai tiga hingga tujuh kali, tergantung musim. Setelah panen pertama 2,5 bulan, selanjutnya setiap dua pekan bisa panen.
“Jadi sebelum koro itu tumbuh bijinya, langsung bisa dipanen. Inikan batang atau kulitnya akan digunakan untuk semacam pestisida di Korea Selatan. Kandungan sianida di dalam koro pedang itu sekitar 40 persen. Maka yang nantinya akan dimanfaatkan racunnya itu untuk farmasi,” ungkap dia.
Bibit koro pedang, menurut Teguh, mudah didapatkan di pasaran dan murah. Setiap satu kilogram bisa mendapat sekitar 700 biji. Sedangkan harga satu bijinya sekitar Rp200.
Pada panen kali pertama, satu tumbuhan itu bisa menghasilkan Rp1.000. Kemudian pada panen kedua dan ketiga bisa Rp2.000. Pada dasarnya, harga setiap satu kilogramnya Rp1.200.
“Sampai panen ketiga saja sudah bisa menghasilkan Rp5.000. Padahal jika musim bagus bisa sampai tujuh kali panen dalam satu musim. Sementara itu, jika dihitung biaya perawatan, satu tanamannya selama dibudidayakan menghabiskan Rp500-Rp700,” ujar dia.
Teguh menjelaskan, jika hasil panen dihitung berdasarkan luasan lahan, satu hektare pada panen pertama bisa menghasilkan Rp20 juta. Kemudian panen kedua dan ketiga, masing-masing Rp40 juta. Jadi dalam satu musim, di lahan satu hektare bisa mendapatkan hasil Rp100 juta.
“Koro pedang ini potensinya luar biasa. Ini jadi tren pertanian baru di Wonogiri selain porang. Saat ini budidaya di Wonogiri baru di lahan 25 hektare. Targetnya bisa ditanam di lahan 50 hektare untuk mencukupi kebutuhan pasar,” kata Teguh.
-https://www.solopos.com/tak-cuma-porang-budidaya-koro-pedang-juga-lagi-ngetren-di-wonogiri-1110876