PJJ Dinilai Banyak Kendala, Kemendikbud Ingin Sekolah Segera PTM
Solopos.com, SOLO—Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menginginkan pembelajaran tatap muka (PTM) sekolah segera digelar.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jumeri mengatakan pihaknya akan mendesak rencana PTM kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Satgas Penanganan Covid-19.
Hal tersebut ia ungkapkan saat Webinar Nasional Tantangan dan Harapan Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19 yang diselenggarakan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Soloraya, di SMPN 1 Solo, Rabu (10/2/2021) pekan lalu.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada tanda-tanda pandemi Covid-19 akan berakhir. Sedangkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat ini juga banyak kendalanya. Sehingga murid-murid perlu segera kembali ke sekolah, meskipun dengan pembatasan-pembatasan. Misalnya masuk sekali atau dua kali dalam sepekan dengan jam pelajaran lebih pendek, serta penerapan dan pengawasan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 yang ketat.
“Kami [Kemendikbud] akan bicara, berdiskusi dengan Kemendagri, Kemenkes, PDAI [IDAI], dan Satgas Penanganan Covid-19. Kami dari PAUD Dikdasmen yang akan bicara. Kami akan nembung [meminta] PTM [segera diselenggarakan],” imbuh mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud] Jawa Tengah ini.
Menurutnya, pada masa PJJ ini anak-anak tak lagi berdiam di rumah, melainkan tetap bermain bebas dengan teman-temannya. Bahkan, saat mereka bermain itu tidak menaati protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dan tanpa pengawasan. “Jadi sebenarnya sama saja [dengan PTM]. Wong mereka di rumah juga main ke sana ke mari,” imbuhnya.
Mempersiapkan Diri
Oleh sebab itu, ia meminta kepada sekolah untuk mempersiapkan diri dalam penyelenggaraan PTM, baik dari segi sarana dan prasarana kebersihan/kesehatan maupun prosedur operasi standar (POS) aktivitas di sekolah. “Berat lho ini kalau tidak segera PTM. Persiapkanlah sekolah, sebisa mungkin segera PTM. Gunakan dana BOS [bantuan operasional sekolah] untuk memenuhi fasilitas kesehatan di sekolah,” tegasnya.
Sementara itu, Pegiat pendidikan di Solo, Suroto dari Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) mengakui PJJ di sebagian sekolah tidak belajar efektif karena berbagai kendala. Selain itu, sebenarnya guru juga tidak siap dengan PJJ.
“Saya setuju sekolah dibuka kembali dengan protokol kesehatan ketat. Kalau [PJJ] diteruskan akan berakibat sangat tidak baik terhadap generasi [yang terdampak pandemi Covid-19] dalam satu-dua tahun. Ini memrihatinkan,” ujarnya kepada Solopos.com, Sabtu (13/2/2021).
Namun menurutnya, sekolah juga harus benar-benar siap dengan penyelenggaraan PTM. “PR-nya adalah mereview peraturan prosedur operasi standar [SOP] KBM agar sesuai dengan situasi sekarang dan kebijakan lainnya. Karena kebijakan soal Covid-19 ini setiap saat berubah. Memastikan sekolah memenuhi SOP KBM. Pengalaman selama ini, titik krusial penanganan Covid-19 pada kedisiplinan masyarakat mematuhi prokes,” ujarnya.
Sementara itu, di Solo sendiri penyelenggaraan PTM di tingkat SMP dan SMA sudah disimulasikan di beberapa sekolah pada akhir 2020. Simulasi berhenti karena memasuki ujian akhir semester (UAS), disusul larangan PTM pada semua jenjang sekolah oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
https://www.solopos.com/pjj-dinilai-banyak-kendala-kemendikbud-ingin-sekolah-segera-ptm-1107397