Pesan Jokowi ke Semua Rektor di Indonesia
KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau para rektor semua perguruan tinggi di Indonesia bisa memberikan bobot satuan kredit semester (SKS) yang lebih besar untuk mahasiswa belajar ke dunia industri.
Jokowi mengaku, pandemi Covid-19 dan perkembangan revolusi industri 4.0 harus diimbangi dengan memperkuat edutech institutions.
Teknologi paling mendasar saat ini adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi digital.
Dia menyatakan, digital learning bukan hanya digunakan untuk memfasilitasi proses pembelajaran antardosen dan mahasiswa.
Namun, yang paling penting adalah memfasilitasi mahasiswa belajar ke siapa saja, di mana pun, dan tentang apa saja.
“Terutama pembelajaran dari para praktisi termasuk pelaku industri, ini sangat penting untuk difasilitasi,” ucap Jokowi saat acara Forum Rektor Indonesia 2021, seperti melansir laman IPB, Rabu (28/7/2021).
Dia menyebutkan, eksposur mahasiswa dan dosen pada industri dan teknologi di masa depan harus ditingkatkan.
“Pengajar dan mentor dari pelaku industri, magang mahasiswa ke dunia industri, bahkan industri sebagai tenant dalam kampus harus ditambah. Termasuk organisasi, praktisi lainnya juga harus diajak berkolaborasi,” jelas dia.
Dia melanjutkan, mahasiswa juga harus difasilitasi untuk mampu bersaing di pasar kerja yang semakin global.
“Harus mampu menjadi industri yang menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan status sosialnya dan menjadikan dirinya naik kelas,” ungkap Jokowi.
Jokowi mengatakan, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi salah satu instrumen penting bagi mahasiswa untuk belajar ke siapa saja dan di mana saja.
“Kita harus mempersiapkan masa depan mereka dan masa depan bangsa. Mahasiswa harus di-update dengan perkembangan terkini. Mahasiswa harus disiapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk zaman,” tuturnya.
Oleh karena itu, dunia perguruan tinggi sangat membutuhkan kolaborasi antara praktisi dan pelaku industri.
Di samping itu, industri butuh talenta, inovasi, dan teknologi dari perguruan tinggi.
“Untuk itu, ajak industri untuk ikut mendidik para mahasiswa. Tentunya sesuai dengan kurikulum industri bukan kurikulum dosen. Ini agar para mahasiswa memperoleh pengalaman berbeda,” tukas dia.