Bimtek Batik Pewarna Alam Di Solo Diminati Perajin, Begini Ilmu Dibagikan…
Solopos.com, SOLO — Sebanyak 30 industri kecil dan menengah (IKM) batik di Kota Solo mengikuti bimbingan teknis pewarna alam, Senin (12/10/2020)-Senin (2/11/2020). Puluhan perajin meminati acara tiga hari di Sentra IKM Kreatif Semanggi Harmoni.
Kegiatan itu digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) dan menggandeng Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami). Acara bimtek batik pewarna alam di Solo itu digelar juga serentak di dua kabupaten/kota lain, yakni Cirebon dan Pamekasan.
Kegiatan dibuka secara virtual oleh Franka Makarim yang dilanjutkan dengan teori bimtek online selama tiga hari. Selanjutnya, praktik pewarnaan alam dilakukan di tiga tempat, yaitu IKM Batik Kauman, IKM Batik Laweyan dan IKM Batik Semanggi.
Kasie Industri Kreatif Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerperin) Kota Solo, Yeppi, mengatakan 30 IKM batik yang menjadi peserta dibagi menjadi 3 kelompok.
“Masing-masing melakukan seluruh tahapan pembatikan mulai dari pembuatan pasta warna alam, di antaranya mordant, indigo dan jolawe, yang semua berasal dari bahan alami seperti kayu tingi, kayu jambal, kayu tegeran, kulit buah jolawe, daun tarum, dan ramuan alam lainnya,” kata dia, dalam rilis yang diterima Solopos.com, Senin.
Runutan Proses Produksi
Yeppi mengatakan setelah pembuatan pasta warna alam, proses selanjutnya, mencelupkan bahan batik yang sudah dicanting dengan malam ke dalam cairan/pasta warna alam secara berulang.
Kemudian dilanjutkan dengan proses temblok/nyolet untuk mendapatkan warna yang berbeda dan dilanjutkan dengan proses nglorot. Sedangkan untuk mengunci warna alam dilakukan proses pencelupan ke dalam cuka atau tawas.
“Semua proses praktek pewarna alami ini dilakukan selama 10 hari dengan pendampingan dari tim Warlami serta kunjungan dari tim Dirjen Kebudayaan Kemendikbud dan Dekranas,” kata dia.
Pihaknya berharap, kegiatan tersebut dapat menjadi pemantik IKM batik untuk berinovasi dan berkreasi serta berani melakukan diversifikasi produk industri batik di Kota Bengawan. Selain itu, pemerintah pusat dapat memberi fasilitasi nyata bagi IKM di daerah dengan menggandeng pemerintah daerah serta melibatkan pelaku IKM.
Pelibatan berbagai elemen dalam bimtek batik pewarna alam di Solo itu menggerakan perekonomian dan membangunkan kembali IKM yang terdampak pandemi Covid-19. “Lebih utamanya lagi adalah untuk mengembalikan citra eksklusif dari batik warna alam,” tandas Yeppi.