Belum Ada Standardisasi Penilaian, Disdikbud Sukoharjo Khawatirkan Kualitas Pendidikan Daring
Solopos.com, SUKOHARJO — Disdikbud Sukoharjo khawatir kualitas pendidikan turun selama penerapan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19. Hal ini lantaran sampai saat ini belum ada standardisasi penilaian ujian sekolah yang menjadi parameter kemampuan akademik setiap siswa.
Selain keterbatasan kuota Internet, penerapan metode PJJ memunculkan beragam permasalahan seperti belum meratanya sinyal Internet hingga penilaian ujian sekolah. Para siswa mengerjakan naskah soal ujian dari rumah. Tak menutup kemungkinan, para siswa di bantu orang tua atau saudaranya saat mengerjakan naskah soal ujian.
Bisa jadi juga, naskah soal ujian sepenuhnya dikerjakan saudara atau kerabat keluarga siswa. “Esensi penilaian ujian sekolah menjadi perhatian serius dan harus dievaluasi untuk menjaga kualitas pendidikan. Orang tua atau saudara semestinya hanya membimbing, bukan membantu mengerjakan naskah soal ujian,” kata Kepala Disdikbud Sukoharjo, Darno, kepada Solopos.com, Senin (16/11/2020).
Para siswa jenjang pendidikan SD dan SMP terpaksa belajar dari rumah sejak Sukoharjo berstatus kejadian luar biasa (KLB) Covid-19 pada akhir Maret. Saat penerapan PJJ, para guru mata pelajaran memberi tugas dan pekerjaan rumah kepada siswa secara online.
Darno mencontohkan hasil penilaian siswa sebelum dan sesudah pandemi Covid-19. “Misalnya, sebelum pandemi hanya mendapat nilai lima atau enam. Saat penerapan metode PJJ, nilai mata pelajaran cukup tinggi, bisa mendapat nilai sembilan. Bisa saja, ujian sekolah dikerjakan saudara atau kerabat keluarga,” ujarnya.
Video PJJ
Mantan Kepala SMAN 1 Sukoharjo tersebut menyampaikan setiap sekolah telah membuat video PJJ berisi materi pendampingan pengerjaan naskah soal mata pelajaran. Saat para siswa kesulitan mengerjakan soal, mereka bisa memutar video PJJ dengan materi yang sama.
“Para siswa bisa menyimak materi dalam video saat mengerjakan naskah soal. Sehingga mereka memahami materi mata pelajaran yang disampaikan masing-masing guru,” paparnya.
Darno memprediksi pendidikan dengan metode pembelajaran tatap muka sekolah di Sukoharjo baru bisa pada tahun ajaran 2021/2022. Kurva pandemi Covid-19 Sukoharjo cenderung naik setiap pekan. Terlebih, status kejadian luar biasa (KLB) dan masa tanggap darurat Covid-19 belum dicabut oleh Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya.
Seorang orang tua siswa asal Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Purnomo, mengatakan pembelajaran tatap muka sekolah terlalu berisiko bagi para siswa. Mereka rawan terpapar Covid-19 lantaran imunitas tubuh tak sekuat orang dewasa.
Terlebih, saat ini, kasus Covid-19 sudah menyusup ke sekolah dengan bermunculan klaster tenaga pendidik. Purnomo meminta agar pembelajaran tatap muka dilaksanakan setelah kasus Covid-19 Sukoharjo mulai melandai.