Bambang Sutrisno, Ketua Komite III DPD RI : Modal Pengembangan Pariwisata Kebersihan, Keamanan, Kenyamanan, Disiplin dan Pendampingan serta Stimulan
SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-21.6 juta wisatawan tetap menjadi target Pariwisata Indonesia, namun nampaknya target tersebut masih jauh panggang dari api. Oleh karena itu, Ketua Komite III DPD RI, Ir.H.Bambang Sutrisno, MM, mengingatkan untuk mengembangkan kembali potensi potensi pariwisata yang ada di Indonesia, di negeri sendiri. Dan sebagai modal pengembangan potensi pariwisata yang ada di daerah daerah butuh disiplin dan komitmen pada Kebersihan, Keamanan, Kenyamanan dan tentunya Pendampingan dan Stimulan, baik dari pemerintah pusat maupun daerah.
Demikian hal tersebut mengemuka saat Gema Dialog DPD RI di Pro 2 FM Radio Republik Indonesia, (12/12), yang juga turut mengundang Hilda Ansariah Sabri, Ketua Departemen Pariwisata PWI Pengurus Pusat, yang dimoderatori Ivonne sekaligus penyiar RRI tersebut.
Lebih jauh, Ketua Komite III DPD RI Bambang Sutrisno memberikan catatan bahwa dalam memgembangkan potensi pariwisata daerah yang ada, bahwa akses menuju tempat destinasi itu mudah dijangkau. Berikutnya, soal keamanan, kebersihan, serta ketertiban atau disiplin. Artinya kebersihannya dapat terus dilaksanakan dengan baik, kemanannya pun baik. Dan tentunya yang sama pentingnya yakni peran masyarakat sekitarnya. Ini adalah modal pengembangan pariwisata.
Sedangkan buat Pemerintah Daerah setempat, bisa memberikan stimulan seperti dengan event kegiatan pada momen tertentu. Menciptakan hal itu, bagaimana bisa memancing masyarakat untuk terlibat. Pariwisata menjadi potensi yang bisa dikembangkan lebih besar lagi.
“Ini salah satu upaya untuk bisa mensinergikan antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya. Karena itu masyarakat harus terus di stimulan. Kalau stimulan bereaksi bagus maka mereka akan menindaklanjutinya dengan baik,” ungkap Bambang Sutrisno.
Dan terhadap Desa Wisata, yang ada dan harus ditingkatkan, dalam catatannya yakni terhadap hal itu, penting bagaimana memberikan sesuatu peningkatan sumberdaya manusia yang kita miliki. Desa harus mendapatkan pembinaaan, arahnya bagaimana, langkahnya seperti apa, tapi tetap harus ada stimulan seperti pelatihan, pendampingan dan sebagainya supaya profesional. Hal ini tentunya untuk desa desa yang benar benar mempunyai potensi. Butuh pendampingan dan itu penting. Sehingga mereka bisa berbuat apa. Terutama kemasannya bagaimana dia bisa memasarkan potensi wisatanya sehingga bisa diketahui secara luas serta dikembangkan lebih jauh.
Sementara Hilda Ansariah Sabri, Ketua Departemen Pariwisata PWI Pengurus Pusat, justeru mengajak para wisatawan Indonesia untuk menjelajahi dahulu potensi potensi pariwisata yang ada di Indonesia, sebelum berwisata ke luar negeri. Karena dampak ekonominya ke masyarakat setempat akan sangat dirasakan. Banyak yang bisa dilihat di negeri ini, banyak pula spot spot wisata baru yang menarik. Dan banyak juga yang keren keren.
Terkait Desa Wisata, yang sesuai catatan Hilda baru ada 7.000 an Desa Wisata dari 47.000an desa yang ada di Indonesia. Tentu punya potensi wisata yang berbeda beda. Sehingga butuh kreatifitas serta inovasi untuk menemukan hal hal baru yang tidak harus sama dengan tempat wisata lainnya. Dan terpenting, dibutuhkan pula pengetahuan tambahan (training, red) untuk citizen journalisme terkait potensi pariwisata di daerahnya. Sehingga tidak cuma selfie semata, tapi memberikan info meski hanya satu paragraf menjadi hal penting juga untuk pariwisata kita dikenal. Destinasi wisata sebagai lifestyle tak lepas dari perkembangan wisatawan milenial yang tentunya instagramable atau akrab dengan medsos, tegas Hilda.
Ketua Komite III DPD RI, Bambang Sutrisno sebelum mengakhiri dialognya mengingatkan bahwa pariwisata adalah kebutuhan jiwa. Butuh banyak terobosan dalam membentuk dan mengembangkannya. Butuh pengawasan oleh DPD RI, apakah pemerintah sudah menjalankannya dengan baik. Apakah regulasi sudah mampu mendatangkan investasi di sektor ini. Bagaimana sosialisasinya, sudahkah kreatifitas dan inovasi dikembangkan, apakah waktu dan biayanya terjangkau atau apakah berkembang baik bagi ekonomi masyarakat dan daerah. Apa yang belum tercapai dan mana yang masih terkendala. Kebijakannya sudah benar atau belum. Semua tentunya multi player effect. Pariwisata sebagai kebutuhan jiwa, ekonomi masyarakatnya harus bergerak. Dan obyek wisata Indonesia tidak kalah. Kita punya lebih baik, pungkasnya.(OmCuk/EK)